Selasa, 05 Oktober 2021

TUTORIAL ANALISIS LAND USE CHANGE (DATA VEKTOR)

Pada kasus ini kita mau melihat perubahan penggunaan lahan. Data yang digunakan adalah peta penggunaan lahan tahun 2009 dan 2017 serta peta administrasi kabupaten. Tujuan dari analisa ini adalah untuk melihat perubahan penggunaan lahan pada masing-masing wilayah administrasi. Analisa ini dilakukan dengan mengoverlay masing-masing peta tersebut.

Input data : PL_2009a, PL_2017,Batas_kabupaten


1.  Lakukan intersect untuk menyamakan batas antara kedua peta penggunaan  tanah (PL_2009a dan PL_2017)

2. Buat kolom yang berisi perubahan penggunaan tanah (dari tahun 2009-2017), yang dilakukan add  field pada hasil intersect diatas --> open data attribut --> add field --> LC2009-17 --> field calculator








3. lakukan dissolve untuk menggabungkan poligon yang sejenis, geoprocessing     -- > dissolve



4. File hasil dissolve tadi dilakukan add field --> keterangan













5. intersect batas kabupaten dengan LC2009_17 yang sudah di dissolve, untuk menyamakan batas poligonnya




6. untuk melakukan pengukuran luas terlebih dahulu konvert file yang sudah di intersect diatas ke utm

Arctoolbox, data management tool,projection and transformation,feature,project








7. hitung luas, klik file yg sudah utm, open attribut







8. buka excel --> file --> open --> pilih tipe file dbase file --> pilih file nya (file yang sudah dihitung luasnya)

Insert --> pivot table --> insert pivot table --> sesuaikan tampilan tabel dengan kebutuhan 











LANGKAH-LANGKAH ANALISIS OVERLAY DATA RASTER

 

Data raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat (grid) atau sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Partisi dilakukan untuk dekomposisi ruang kedalam sel-sel. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut sebagai pixel (picture element). Resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya, semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh sel, semakin tinggi resolusinya. Pada data raster sederhana data disimpan berdasarkan sel yang terdapat pada setiap koordinat, raster lain seperti bujur sangkar, heksagonal dan triangular. 

Pada tulisan kali ini kita akan melakukan analisi overlay data raster, berikut tahapannya:

1. konversi data vektor yang ada menjadi data raster

    peta yang digunakan: lereng,tanah,curah hujan,land use (vektor)

arctoolbox --> convertion tool --> to raster --> poligon to raster -->  value field (sesuaikan dengan jenis yang diubah) --> cell size (sesuaikan dengan ukuran yang diinginkan/sesuaikan dengan ukuran data raster yang sudah ada)









2. hitung skor bahaya longsor

Spatial analyst tool -->  map algebra -->  raster calculator


Peta Rawan Bencana Longsor (raster)



TAHAPAN MELAKUKAN OVERLAY DATA VEKTOR


Pada sistim informasi geografi dikenal 2 jenis data yaitu data geometri dan data tematik. Data geometri objek objek ruang dinyatakan melalui bentuk dan posisi dari titik-titik. Titik-titik dan garis mempunyai hubungan spasial dalam suatu topologi, dan hubungan ini bukan dalam bentuk geometrik, titik pembawa informasi geometrik sedangkan garis pembawa informasi topologis.

Data geometri terdiri dari  data vektor dan data raster. Data vektor adalah data yang diperoleh dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (poligon). Data vektor memiliki referensi dari posisi langsung melalui koordinat. Titik menjadi garis dan garis menjadi area (poligon), contoh objek data vektor adalah hutan, danau, pemukiman, Atribut yang digunakan adalah ukuran, tipe, panjang, dll.

Data vektor dapat digunakan untuk melakukan berbagai analisis dengan mengoverlay data-data yang ada sesuai kebutuhan. Pada kasus ini kita akan memetakan wilayah yang rawan longsor dengan menggunakan peta lereng, tanah,curah hujan,land use. Masing-masing peta tersebut diberikan skor yang akan menjadi penentuan nilai kerawanan terjadi longsor. Setelah pemberian skor pada masing-masing peta dilakukan overlay terhadap peta-peta tersebut. Pada peta hasil overlay tersebut dihitung tingkat skor longsor dengan menggunakan rumus: (0,4 x skor lereng ) + (0,3 x skor curah hujan) + (0,2 x skor land use)+(0,1xskor jenis tanah), makin tinggi angka skornya makin besar kemungkinan terjadi longsor. Setelah skornya diperoleh akan bisa disajikan peta rawan longsor beserta luasannya untuk masing-masing kategori.

Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. persiapkan peta yang digunakan: lereng,tanah,curah hujan,land use

2. lakukan dissolve peta land use untuk menggabungkan poligon yang sejenis

Proses dissolve




3. hasil dissolve klik kanan --> open attribut --> add field --> skor_LU --> isikan sesuai parameter yang ada


Lakukan juga langkah 2 dan 3 untuk peta curah hujan, jenis tanah dan lereng apabila belum ada skor pada masing-masing peta

4. Lakukan intersect peta CH,land use (yang sudah di dissolve),tanah dan lereng.





4. hitung skor bahaya longsor, klik kanan data yang sudah di intersect


File intersect --> klik kanan --> open atrribut --> add field --> longsor

Klik kanan kolom longsor --> field calculator --> isikan rumus






Kemudian lakukan proses pengklasifikasian seperti berikut ini:






Setelah tahapan tersebut maka dihasilkan peta daerah rawan bencana seperti gambar dibawah ini:



Demikianlah tahapan melakukan overlay menggunakan data vektor, dalam hal ini digunakan untuk memetakan peta rawan bencana longsor. Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Jika ada hal yang kurang dipahami silahkan tuliskan di kolom komentar supaya bisa kita diskusikan bersama.

TATA CARA PENETAPAN HAK PENGELOLAAN