Matrik kesalahan Klasifikasi atau matrik konfusi atau tabel kontingensi. Membandingkan hubungan antara data rujukan yang diketahui dengan hasil klasifikasi. Membandingkan hubungan antar pixel yang digunakan dalam proses training set dari klasifikasi terbimbing.Ketelitian >= 85%.
Tahapan dalam melakukan uji akurasi adalah seperti berikut ini:Rabu, 06 Oktober 2021
Proses membuat interpretasi/klasifikasi citra satelit (klasifikasi terbimbing)
Langkah awal yang harus dilakukan yaitu dengan melakukan upaya membuat homogen data yang ada, caranya adalah sebagai berikut:
Data
yang telah homogen bisa lihat pada gambar dibawah ini:
Data yang sudah homogen dibuat training
set seperti berikut ini:
Data
diatas dapat disajikan dalam peta penggunaan tanah dengan metode klasifikasi terbimbing
seperti berikut ini:
Tahapan proses interpretasi/klasifikasi citra satelit (Klasifikasi Tidak Terbimbing)
Untuk tahap awal dilakukan pemotongan lokasi terlebih dahulu yang akan dilakukan klasifikasi citra. Dalam tulisan ini diambil wilayahnya adalah di sekitar ibu kota Kabupaten Pasaman Barat. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Dari
hasil proses ini diperoleh hasil seperti berikut ini:
Berdasarkan klasifikasi citra dapat
dilihat luasan untuk masing-masing penggunaan lahan berdasarkan klasifikasi
tidak terbimbing seperti berikut ini:
Tabel 2 Luas Penggunaan Tanah di Sekitar Wilayah Ibu Kota Kabupaten Pasaman Barat
No |
Penggunaan Tanah |
Luas (Ha) |
% |
1 |
Kebun Sawit |
18892 |
57 |
2 |
Ladang |
3780 |
11 |
3 |
Sawah |
1124 |
3 |
4 |
Bangunan |
3911 |
12 |
5 |
Tubuh Air |
2455 |
7 |
6 |
Tanah Terbuka |
2817 |
9 |
Sumber:
Citra Landsat 8 (diolah)
PEMBAHASAN AWAL TENTANG INTERPRETASI/KLASIFIKASI CITRA SATELIT
Tujuan klasifikasi
citra adalah memberi makna suatu landscape. Klasifikasi citra adalah
pengelompokan secara otomatis semua pixel pada citra kedalam
kategori/kelas-kelas penutup lahan atau tema. Misalnya: hutan, pertanian, tubuh
air. Umumnya menggunakan data multispektral (lebih dari 1 band) dan spectral
pattern sebagai dasar numerik untuk pengelompokan.
Aplikasi dari klasifikasi citra:
ü Menyediakan
informasi:
Penilaian
dan perencanaan wilayah
Proyek-proyek
riset
ü Pemodelan:
Neraca
karbon
Meteorologi
Biodiversiti
Spectral pattern
recognition adalah prosedur klasifikasi citra dengan menggunakan informasi
spektral pixel perpixel sebagai dasar klasifikasi penutup lahan secara
otomatis.Spacial pattern recognition adalah pengelompokan pixel citra
berdasarkan hubungan spasial dengan pixelpixel sekeliling.
Klasifikasi Multispektral
Dasar klasifikasi untuk data penginderaan jauh adalah informasi spektral dari banyak band.Pengelompokannya berbasis pixel (konvensional) dan berbasis objek, dalam praktikum ini digunakan metode klasifikasi berbasis pixel. Klasifikasi berbasis pixel mendelineasi batas kelas di dalam ruang berdimensi n memberi nama kelas dari pixel-pixel dalam batas:
v Unsupervised
v Supervised
Klasifikasi berbasis pixel
(konvensional) terdiri dari:
a. Klasifikasi tidak terbimbing
(unsupervised classification)
Pada pendekatan ini citra pertama kali diklasifikasi dengan pengagregasian citra kedalam kelompok-kelompok spektral alami (cluster). Kemudian analis menentukan identitas kelompok spektral dengan membandingkan citra klasifikasi dengan data rujukan lapang.Perbedaan mendasar dengan teknik klasifikasi terbimbing adalah pada klasifikasi tak terbimbing tidak terdapat tahap pengambilan training area. Prosesnya adalah:
v Mengelompokan
pixel berdasarkan spectral alami
v Memberi
label atau nama kelas
Pengguna
meminta komputer untuk menguji dan mengekstrak sejumlah cluster yang berbeda spektral.
Hasil Klasfikasi tdk Terbimbing belum menjadi informasi sampai pengguna menetapkan
penutup lahan untuk setiap cluster. Proses sederhana untuk
mengelompokan/recode clusters kedalam kelas informasi.
b. Klasifikasi terbimbing
(supervised classification)
Pada klasifikasi ini analis citra membimbing proses
pengelompokan pixel dengan pemberian deskripsi numerik dari tipe-tipe
kenampakan atau penutup lahan yang ada pada citra.Untuk melakukan ini, lokasi
contoh representatif dari tipe penutup lahan yang diketahui (training set)
digunakan untuk mengkompilasi kunci interpretasi numerik yang mendeskripsikan
atribut spektral untuk setiap tipe kenampakan yang dipilih. Tahap proses
klasifikasi terbimbing adalah sebagai berikut:
a. Tahap training: analis
menentukan area training yang representatif dan mengembangkan deskripsi numerik
dari atribut spektral untuk setiap tipe penutup lahan;
b. Tahap klasifikasi: setiap
pixel pada citra dikelompokan kedalam kelas penutup lahan yang paling dekat
kemiripannya; jika pixel tidak cukup mirip dengan data training set, maka pixel
tsb. diberi label unclass;
c.
Tahap output: peta
tematik, tabel statistik,file data digital
Bila nilai digital dari suatu contoh
pixel pengamatan dari citra dua saluran diplot dalam diagram pencar, maka dua
DN tsb. menempatkan masing-masing pixel di dalam grafik ruang pengukuran (measurement
space) dua dimensi. Pixel di dalam setiap kelas tidak mempunyai nilai spektral
tunggal, tetapi cendrung memusat di dalam tiap kelas. Titik-titik awan ini
(cluster) mencerminkan deskripsi multidimensi dari tanggapan spektral setiap
tipe penutup lahan yang diinterpretasi.
Supervised classification meminta pengguna untuk memilih
training area, dimana ia tahu apa di atas lahan dan mendigitasi poligon di
dalam area tersebut, komputer kemudian membuat Mean ciri-ciri spektral.
Strategi Klasifikasi terbimbing adalah:
v Minimum-Distance to Mean
mean atau rata-rata DN setiap kategori dalam semua band dihitung
~ mean vector.Indentitas pixel unknown diklasifikasikan dengan menghitung jarak
antara nilai unknown pixel dan mean vector setiap kategori.Unknown pixel dikelompokan
ke kelas terdekat ~jarak paling kecil. Sederhana dan komputasi efisien, tetapi
memiliki keterbatasan: tidak sensitif terhadap perbedaan variasi dalam data
respon spektral;
v Parallelpiped
mempertimbangkan selang nilai dalam setiap kategori training
set, sensitif terhadap variance kategori.Selang nilai didefinisikan dengan DN tertinggi
dan terendah pada setiap band dan membentuk suatu kotak (wilayah keputusan).Unknown
pixel diklasifikasikan ke kategori selang, bila ia terletak didalam wilayah
keputusannya. Bila unknown pixel terletak pada area overlap
dari decision region maka unclass atau salah satu dari kategori yang overlap.Overlap:
covariance kurang dideskripsikan pada wilayah keputusan.Covariance adalah
kecendrungan nilai-nilai spektral terhadap variasi cluster yang memanjang dan
miring dari pengamatan pada diagram pencar.Pada data penginderaan jauh yang berkorelasi
positif
v Maximum LikelihoodClassification (MLC)
Asumsi yang harus dipenuhi adalah distribusi titik-titik awan (cluster)
dari kategori harus menyebar normal (Gaussian). .Peluang statistik dari pixel
anggota kelas penutup lahan dapat dihitung).Fungsi ini digunakan untuk
mengklasifikasikan unknown pixel dengan menghitung peluang dari nilai pixel
terhadap setiap kategori.MLC mendelineasi kontur peluang yang sama (berbentuk
elip).
Cara melakukan analisis NBDI (Normalized Difference Built-up Index)
NDBI atau indeks lahan terbangun merupakan suatu algoritma untuk menunjukkan kerapatan lahan terbangun. NDBI sangat sensitif terhadap lahan terbangun atau lahan terbuka. Algoritma ini dipilih karena merupakan transformasi yang paling sering digunakan untuk mengkaji indeks lahan terbangun. Formula NDBI adalah sebagai berikut :
Tahapan
dalam menghitung nilai NDBI adalah sebagai berikut:
Hasil
nilai NDBI adalah seperti peta dibawah ini:
Data diatas dapat disajikan dengan
membuat kelas NDBI, berdasarkan data tersebut dapat disajikan peta
kelas NDBI Kabupaten Pasaman Barat sebagai berikut:
Cara melakukan analisis NDVI (Normalized Differential Vegetative Index)
NDVI adalah metode perhitungan index vegetasi melalui normalisasi dengan kombinasi antara teknik penisbahan dengan teknik pengurangan citra. Indeks vegetasi berbasis NDVI yang ditunjukkan pada persamaan berikut ini, mempunyai nilai yang hanya berkisar antara -1 (non-vegetasi) hingga 1 (vegetasi). Algoritma NDVI sebagai berikut:
Dimana,
NIR :
Nilai saluran Infrared
RED :
Nilai saluran Red
Hasil
pengolahan data tersebut menghasilkan peta yang nilai pixel nya merupakan nilai
NDVI seperti berikut ini:
Cara
lainnya adalah dengan menggunakan modeler seperti berikut:
Hasil
nilai NDVI adalah seperti peta dibawah ini:
Pada
tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa kelas non vegetasi sebesar 43,66 % dari
luasan lahan Kabupaten Pasaman Barat, sedangkan untuk vegetasi yang kerapatan
tinggi sebesar 43,78 %, sedangkan untuk kelas vegetasi kerapatan rendah sebesar
9,12 % dan kelas vegetasi sedang sebesar 3,14 %.
Tabel 1 Kelas NDVI Kabupaten Pasaman Barat
No |
Kelas NDVI |
Luas (ha) |
% |
1 |
Non vegetasi |
164,967 |
43.66 |
2 |
Vegetasi kerapatan rendah |
34,475 |
9.12 |
3 |
Vegetasi kerapatan sedang |
12,989 |
3.44 |
4 |
Vegetasi kerapatan tinggi |
165,411 |
43.78 |
Sumber:
Data Landsat 8
Pengolahan dan Pengklasifikasian Suhu Kecerahan
Untuk melakukan pengolahan suhu
kecerahan digunakan band 10. Rumus untuk menghitung suhu kecerahan adalah:
Untuk melihat data yang dibutuhkan
digunakan data dari citra, untuk studi kasus ini datanya sebagai berikut:
Tahapan ini dimulai dengan membuat
modeler seperti berikut ini:
Hasil
dari permodelan ini menghasilkan peta sehu kecerahan sebagai berikut:
Data diatas dapat disajikan dengan membuat kelas suhu kecerahan, berdasarkan data pada praktikum ini dapat disajikan peta kelas suhu kecerahan Kabupaten Pasaman Barat sebagai berikut:
Berdasarkan
Tabel 1 dibawah ini dapat dilihat bahwa, di Kabupaten Pasaman Barat mayoritas
berada pada kelas temperatur sedang dan tinggi.
Tabel 1 Kelas Temperatur Kabupaten
Pasaman Barat
No |
Kelas Temperatur |
Luas (Ha) |
% |
1 |
rendah |
88649 |
24 |
2 |
sedang |
148855 |
39 |
3 |
tinggi |
139455 |
37 |
Sumber : Data Landsat 8
(diolah)
-
Sejarah Reforma Agraria Agraria sering dimaknai sebatas pertanian saja, bahkan lebih sempit lagi tanah pertanian, secara etimologi kata agra...
-
Konsep basis data identitas sesuai SNI penyamaan kode Diawali peta dasar peta penggunaan tanah : RTRW :GUPT: Ijin Lokasi : Kemamp...