Selasa, 12 Oktober 2021

Input Produksi pada Lahan Basah yang Ramah lingkungan

 

Lahan basah adalah suatu ekositem yang tidak perlu tergenang tapi jenuh air atau sebagian besar hari jenuh air. Lahan basah merupakan salah satu wilayah terbesar di permukaan bumi yang mempunyai karakteristik berbeda disetiap lokasi dan kondisi. Beberapa faktor yang menentukan karakteristik tersebut adalah salinitas, jenis tumbuhan, hingga jenis tanah yang ada di lingkungan tersebut.Karakteristik lahan basah yang utama adalah kondisi tanahnya yang jenuh terhadap air. Hal tersebut juga dapat dilihat dari penamaan atau istilah yang digunakan. Sepanjang tahun lahan basah selalu tergenang air, akan tetapi ada pula yang bersifat musiman dan permanen. Lahan basah musiman adalah genangan air pada lahan tersebut hanya terjadi pada musim tertentu saja, yakni musim penghujan. Sedangkan lahan basah permanan memiliki keadaan genangan air sepanjang waktu. Sebagian besar kawasan genangan memiliki kedalaman dangkal. Genangan dangkal tersebut biasanya mengeliling seluruh atau sebagian permukaan lahan. Namun dibeberapa tempat juga ditemukan karakteristik dengan genangan yang cukup dalam.

Genangan air di lahan basah merupakan area dengan kesuburan tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk area persawahan. Genangan air yang terjadi secara periodik menyebabkan kawasan ini mempunyai jenis tanah dengan struktur lunah hingga liat.Lahan basah sebagian besar berada dalam keadaan jenuh air contoh:

·      Badan air (situ, danau)

·   Dataran banjir, daerah ini datar saat banjir pada saat hujan dan dalam pemanfaatannya dilakukan penanaman pada musim hujan, panennya pada saat kering

·      Rawa banjir,daerah ini menghasilkan kerbau,telur bebek dan ikan asin

·      Rawa gambut dan tanah gambut, 80-90 % berupa air dan cuma 10% padatan,bahan induknya berupa tanah organik, tidak selalu tergenang, gambut tipis berbahaya untuk petani gurem,tanpa pupuk tanah gambut sangat miskin.Hutan di gambut lebat butuh waktu lama supaya serasah yang jatuh lapuk dan menjadi unsur hara.Gambut kalau dibakar akan jadi abu, kalau dibakar terus akan habis gambutnya dan muncul tanah mineral,pasir kuarsa dan sulfat masam.Tanpa input produksi gambut tebal tidak akan bisa menghasilkan, tapi dengan tata air dan pemupukan baru bisa berhasil.

Tanah gambut miskin unsur hara makro maupun mikro, semakin tebal lapisan gambut semakin tidak terlimpasi oleh air pasang maupun air banjir. Sehingga supply sedimen terhadap lapisan gambut sangat rendah. Oleh karenanya kadar abu gambut tebal biasanya sangat rendah < 2-3%, yang berarti semakin rendah kadar abu semakin miskin hara tanah tersebut.Saat ini diperkirakan lahan gambut yang dimanfaatkan oleh petani setempat tidak kurang 3-5 Mha, kelapasawit1-2 Mha, HTI 1-2 Mha.

·     Tanah sulfat masam

   Berasal dari lahan yang gambutnya habis, terbentuk dari oksidasi pirit,karena dalamnya sedimen mangrove sehingga pH nya bisa 3

·      Pasir kuarsa

·      Rawa mangrove

    Hasil pertemuan air laut dan air sungai. Penyebaran vegetasinya dipengaruhi oleh salinitas, supply sedimen, gelombang dan abrasi

·      Tanah sulfat masam

·      Lagoon,merupakan danau yang sejajar pantai atau rawa air tawar sejajar pantai

Lahan basah buatan contohnya adalah sawah. Lahan basah umumnya terbentuk sebagai hasil dari proses sedimentasi dari bahan yang terangkut dari tempat yang  lebih tinggi, proses pembentukan satuan geomorphologi berlangsung puluhan ribu tahun sampai jutaan tahun,selama proses geologi sampai pembentukan tanah berlangsung proses pencucian hara.Tanah pada lahan basah tidak mungkin lebih subur daripada tanah terbentuk dari kegiatan vulkanisme.

Pada laut tenang bisa dilakukan kegiatan budidaya ikan tambak dan di pesisir pantai yang berpasir bisa untuk budidaya kacang kacangan dan semangka sedangkan daerah rawa dikembangkan untuk sawah.

Daerah rawa rawa terbentuk dari endapan hasil erosi dan pencucian dari bagian atasnya oleh karenanya secara umum daerah tersebut relative lebih miskin akan hara daripada bagian atasnya. Lahan gambut terbentuk dari akumulasi sisa sisa tanaman yang tumbuh dari hutan rawa, oleh karenanya gambut juga merupakah tanah yang miskin hara.

Ketidakseimbangan hara menyebabkan daun tidak normal dan pelepah yang sengkleh pada tanaman sawit.Dasar dari melakukan pemupukan adalah: performa tanaman, bagaimana kondisi daun atas dan daun bawah,analisis daun dan analisis tanah. Beberapa jenis kondisi lahan basah:

a.    Kebun sawit pada Mangrove brakish sedimen kondisinya adalah sedimen berpirit teroksidasi, maka pH 3-3.5 Al-dd sangat tinggi, P sangat rendah, K, Ca, Mg sangat rendah, Cu,Zn, Fe dan Mn sangat rendah.

b.    Kebun pada mangrove sedimen Tanah sulfat masam) tanah sangat masam, pH tanah< 4, umumnya kekurangan bukan hanya unsur makro tetapi juga unsur mikro.

c.  Kebun pada dataran Banjir-brackish sedimen–gambut dengan perencanaan yang baik masalah banjir yang sering dialami oleh kebun kebun didataran banjir yaitu dengan membangun tanggul yang dilengkapi dengan pompa.

d.  Kebun pada lahan Sulfat Masam Pengelolaan tata air dengan baik serta pemupukan merupakan syarat utama.Kebun pada lahan Sulfat Masam dengan pengelolaan yang tepat, tanaman tumbuh baik. Kebun pada lahan Sulfat Masam, bergambut dapat tanaman tumbuh baik.

e.    Kebun sawit pada complex gambut-pasir kuarsa sedimen menyebabkan tanaman kekurangan unsur mikro.

Gambut yang terkeringkan dapat mengalami irreversible drying, tanpa adanya reaksi reaksi lainnya, biasanya lapisan yang kering tidak balik ini tidak pernah tebal, kadang hanya beberapa mm saja.Gambut yang terlimpasi oleh banjir dari lahan sulfat masam, akan menyebabkan lapisan gambut kering tidak balik ini cukup tebal (50-60cm).Keadaan ini menyebabkan kondisi semakin buruk.Gambut yang terlalu kering menyebabkan tanaman kekurangan air dan hara.sehingga harus ada perbaikan khusus untuk mengembalikan kondisi hidrofilik.

Sistem sawah produktif  membutuhkan pemupukan pengembalian hara yang diangkut oleh produksi. Perkebunan di lahan gambut membutuhkan pemupukan hara makro dan mikro, perhatikan ketersediaan air dan udara, perhatikan penataan air. Pemanfaatan tanah sulfat masam membutuhkan pemupukan hara makro mikro, pencucian asam dan senyawa toxic dan perhatikan penataan air.

Pemanfaaatan lahan basah sebagai lahan pertanian seharusnya dikelola dengan sistem usahatani berkelanjutan dengan menekankan pada kelangsungan ekosistem lahan basah.Untuk menerapkan pengelolaan lahan basah terpadu ditentukan oleh karakteristik petani di lahan basah. Faktor umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, luas garapan, dan sistem usahatani menjadi faktor penentu dalam membangun kesadaran akan pentingnya pengelolaan lahan basah terpadu. Usia produktif petani kurang ditunjang oleh pendidikan sehingga pola komunikasi yang efisien dan efektif untuk memberdayakan potensi petani sangat sulit untuk dibangun. Konsep pengelolaan lahan dan air secara umum belum dikelola dengan mempertimbangkan kelestarian ekologi lahan basah.

Beberapa hal penting dalam pengelolaan lahan basah:

1. Melakukan pengeringan lahan, terutama bekas tanah gambut yang dapat digunakan untuk sektor pertanian dan perkebunan. Pengeringan lahan basah secara maksimal membantu menciptakan aneka ragam sawah dan perkebunan sehingga mendukung industri pakan secara maksimal.

2. Restorasi ekologi mangrove di sepanjang pantai upaya yang dilakukan berupa peningkatan mata pencaharian masyarakat melalui pelibatan langsung dalam kegiatan restorasi ekologi mangrove. Dalam kegiatan ini, masyarakat diajak membangun bendungan dapat-tembus di lokasi tertentu yang mengalami abrasi. Dengan begitu, diharapkan dapat dikumpulkan sedimen yang merupakan tempat tumbuhnya mangrove secara alami, tanpa adanya penanaman oleh manusia. Dalam jangka panjang, pertumbuhan mangrove secara alami ini diharapkan dapat membentengi pesisir dari abrasi yang pada akhirnya masyarakat bisa menikmati kembali mata pencahariannya secara berkelanjutan.

3. Pengelolaan subsidensi atau pemadatan gambut. Pemanfaatan lahan gambut untuk areal perkebunan memerlukan suatu perlakuan khusus, yaitu berupa pengendalian tata air gambut dengan membangun jaringan drainase yang kompleks. Pembuatan saluran drainase dilakukan dengan perhitungan yang akurat dengan memperhitungkan ketebalan gambut, kondisi hidrologis dan curah hujan. Gambut juga lebih bersifat porous dengan tingkat permeabilitas yang tinggi. Pembuatan drainase akan mempercepat pemadatan gambut tersebut. Dalam pembuatan parit perlu diperhatikan kedalamannya, sehingga lahan gambut masih sedikit basah, namun daun,ranting, dan pohon di atasnya jika ditebang masih dapat mengering. Permukaan gambut harus dipertahankan menjadi sedikit basah, menjaga penurunan permukaan air secara perlahan, tetapi cukup dapat membuang genangan air yang ada di gambut. Dalam mengelola tata air dimanfaatkan dam, waduk, dan pintu air pengendali ketinggian permukaan air. Dengan cara tersebut potensi terjadinya subsidensi meskipun ada, akan lebih terkendali. jadi pengelolaan tata air merupakan hal yang paling penting dalam mengelola lahan gambut karena tata air yang benar akan memperkecil subsidensi gambut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TATA CARA PENETAPAN HAK PENGELOLAAN