Lahan basah adalah suatu ekositem yang tidak
perlu tergenang tapi jenuh air atau sebagian besar hari jenuh air. Lahan basah
merupakan salah satu wilayah terbesar di permukaan bumi yang mempunyai
karakteristik berbeda disetiap lokasi dan kondisi. Beberapa faktor yang
menentukan karakteristik tersebut adalah salinitas, jenis tumbuhan, hingga
jenis tanah yang ada di lingkungan tersebut.Karakteristik lahan basah yang utama
adalah kondisi tanahnya yang jenuh terhadap air. Hal tersebut juga dapat
dilihat dari penamaan atau istilah yang digunakan. Sepanjang tahun lahan basah
selalu tergenang air, akan tetapi ada pula yang bersifat musiman dan permanen.
Lahan basah musiman adalah genangan air pada lahan tersebut hanya terjadi pada
musim tertentu saja, yakni musim penghujan. Sedangkan lahan basah permanan
memiliki keadaan genangan air sepanjang waktu. Sebagian besar kawasan genangan
memiliki kedalaman dangkal. Genangan dangkal tersebut biasanya mengeliling
seluruh atau sebagian permukaan lahan. Namun dibeberapa tempat juga ditemukan
karakteristik dengan genangan yang cukup dalam.
Genangan air di lahan basah merupakan
area dengan kesuburan tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk area
persawahan. Genangan air yang terjadi secara periodik menyebabkan kawasan ini
mempunyai jenis tanah dengan struktur lunah hingga liat.Lahan basah sebagian
besar berada dalam keadaan jenuh air contoh:
· Badan air (situ,
danau)
· Dataran banjir,
daerah ini datar saat banjir pada saat hujan dan dalam pemanfaatannya dilakukan
penanaman pada musim hujan, panennya pada saat kering
· Rawa
banjir,daerah ini menghasilkan kerbau,telur bebek dan ikan asin
· Rawa gambut dan
tanah gambut, 80-90 % berupa air dan cuma 10% padatan,bahan induknya berupa
tanah organik, tidak selalu tergenang, gambut tipis berbahaya untuk petani
gurem,tanpa pupuk tanah gambut sangat miskin.Hutan di gambut lebat butuh waktu
lama supaya serasah yang jatuh lapuk dan menjadi unsur hara.Gambut kalau dibakar
akan jadi abu, kalau dibakar terus akan habis gambutnya dan muncul tanah
mineral,pasir kuarsa dan sulfat masam.Tanpa input produksi gambut tebal tidak
akan bisa menghasilkan, tapi dengan tata air dan pemupukan baru bisa berhasil.
Tanah gambut miskin
unsur hara makro maupun mikro, semakin tebal lapisan gambut semakin tidak terlimpasi
oleh air pasang maupun air banjir. Sehingga supply sedimen terhadap lapisan gambut
sangat rendah. Oleh karenanya kadar abu gambut tebal biasanya sangat rendah <
2-3%, yang berarti semakin rendah kadar abu semakin miskin hara tanah tersebut.Saat
ini diperkirakan lahan gambut yang dimanfaatkan oleh petani setempat tidak
kurang 3-5 Mha, kelapasawit1-2 Mha, HTI 1-2 Mha.
· Tanah sulfat masam
Berasal dari lahan yang gambutnya habis,
terbentuk dari oksidasi pirit,karena dalamnya sedimen mangrove sehingga pH nya
bisa 3
· Pasir kuarsa
· Rawa mangrove
Hasil pertemuan air laut dan air sungai.
Penyebaran
vegetasinya dipengaruhi oleh salinitas, supply sedimen, gelombang dan abrasi
· Tanah sulfat masam
·
Lagoon,merupakan
danau yang sejajar pantai atau rawa air tawar sejajar pantai
Lahan basah buatan contohnya adalah sawah.
Lahan basah umumnya terbentuk sebagai hasil dari proses sedimentasi dari bahan yang
terangkut dari tempat yang lebih tinggi,
proses pembentukan satuan geomorphologi berlangsung puluhan ribu tahun sampai jutaan
tahun,selama proses geologi sampai pembentukan tanah berlangsung proses
pencucian hara.Tanah pada lahan basah tidak mungkin lebih subur daripada tanah terbentuk
dari kegiatan vulkanisme.
Pada laut tenang bisa dilakukan kegiatan
budidaya ikan tambak dan di pesisir pantai yang berpasir bisa untuk budidaya
kacang kacangan dan semangka sedangkan daerah rawa dikembangkan untuk sawah.
Daerah rawa rawa terbentuk dari endapan hasil
erosi dan pencucian dari bagian atasnya oleh karenanya secara umum daerah tersebut
relative lebih miskin akan hara daripada bagian atasnya. Lahan gambut terbentuk
dari akumulasi sisa sisa tanaman yang tumbuh dari hutan rawa, oleh karenanya gambut
juga merupakah tanah yang miskin hara.
Ketidakseimbangan hara menyebabkan daun tidak
normal dan pelepah yang sengkleh pada tanaman sawit.Dasar dari melakukan
pemupukan adalah: performa tanaman, bagaimana kondisi daun atas dan daun bawah,analisis
daun dan analisis tanah. Beberapa jenis kondisi lahan basah:
a.
Kebun sawit pada Mangrove brakish sedimen
kondisinya adalah sedimen berpirit teroksidasi, maka pH 3-3.5 Al-dd sangat
tinggi, P sangat rendah, K, Ca, Mg sangat rendah, Cu,Zn, Fe dan Mn sangat rendah.
b.
Kebun pada mangrove sedimen Tanah sulfat
masam) tanah sangat masam, pH tanah< 4, umumnya kekurangan bukan hanya unsur
makro tetapi juga unsur mikro.
c. Kebun pada dataran Banjir-brackish
sedimen–gambut dengan perencanaan yang baik masalah banjir yang sering dialami oleh
kebun kebun didataran banjir yaitu dengan membangun tanggul yang dilengkapi dengan
pompa.
d. Kebun pada lahan Sulfat Masam Pengelolaan tata
air dengan baik serta pemupukan merupakan syarat utama.Kebun pada lahan Sulfat
Masam dengan pengelolaan yang tepat, tanaman tumbuh baik. Kebun pada lahan Sulfat
Masam, bergambut dapat tanaman tumbuh baik.
e.
Kebun sawit pada complex gambut-pasir kuarsa sedimen
menyebabkan tanaman kekurangan unsur mikro.
Gambut yang terkeringkan dapat mengalami
irreversible drying, tanpa adanya reaksi
reaksi lainnya, biasanya lapisan yang kering tidak balik ini tidak pernah tebal,
kadang hanya beberapa mm saja.Gambut yang terlimpasi oleh banjir dari lahan sulfat
masam, akan menyebabkan lapisan gambut kering tidak balik ini cukup tebal (50-60cm).Keadaan
ini menyebabkan kondisi semakin buruk.Gambut yang terlalu kering menyebabkan tanaman
kekurangan air dan hara.sehingga harus ada perbaikan khusus untuk mengembalikan
kondisi hidrofilik.
Sistem sawah produktif membutuhkan pemupukan pengembalian hara yang
diangkut oleh produksi. Perkebunan di lahan gambut membutuhkan pemupukan hara
makro dan mikro, perhatikan ketersediaan air dan udara, perhatikan penataan air.
Pemanfaatan tanah sulfat masam membutuhkan pemupukan hara makro mikro, pencucian
asam dan senyawa toxic dan perhatikan penataan air.
Pemanfaaatan lahan basah sebagai lahan
pertanian seharusnya dikelola dengan sistem usahatani berkelanjutan dengan
menekankan pada kelangsungan ekosistem lahan basah.Untuk menerapkan pengelolaan
lahan basah terpadu ditentukan oleh karakteristik petani di lahan basah. Faktor
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, luas garapan, dan sistem usahatani
menjadi faktor penentu dalam membangun kesadaran akan pentingnya pengelolaan
lahan basah terpadu. Usia produktif petani kurang ditunjang oleh pendidikan
sehingga pola komunikasi yang efisien dan efektif untuk memberdayakan potensi
petani sangat sulit untuk dibangun. Konsep pengelolaan lahan dan air secara umum
belum dikelola dengan mempertimbangkan kelestarian ekologi lahan basah.
Beberapa hal penting dalam pengelolaan
lahan basah:
1.
Melakukan pengeringan lahan, terutama bekas tanah gambut yang dapat digunakan
untuk sektor pertanian dan perkebunan. Pengeringan lahan basah secara maksimal
membantu menciptakan aneka ragam sawah dan perkebunan sehingga mendukung
industri pakan secara maksimal.
2.
Restorasi ekologi mangrove di sepanjang pantai upaya yang dilakukan berupa
peningkatan mata pencaharian masyarakat melalui pelibatan langsung dalam
kegiatan restorasi ekologi mangrove. Dalam kegiatan ini, masyarakat diajak
membangun bendungan dapat-tembus di lokasi tertentu yang mengalami abrasi.
Dengan begitu, diharapkan dapat dikumpulkan sedimen yang merupakan tempat
tumbuhnya mangrove secara alami, tanpa adanya penanaman oleh manusia. Dalam jangka
panjang, pertumbuhan mangrove secara alami ini diharapkan dapat membentengi
pesisir dari abrasi yang pada akhirnya masyarakat bisa menikmati kembali mata
pencahariannya secara berkelanjutan.
3.
Pengelolaan subsidensi atau pemadatan gambut. Pemanfaatan lahan gambut untuk
areal perkebunan memerlukan suatu perlakuan khusus, yaitu berupa pengendalian
tata air gambut dengan membangun jaringan drainase yang kompleks. Pembuatan saluran
drainase dilakukan dengan perhitungan yang akurat dengan memperhitungkan
ketebalan gambut, kondisi hidrologis dan curah hujan. Gambut juga lebih
bersifat porous dengan tingkat permeabilitas yang tinggi. Pembuatan drainase
akan mempercepat pemadatan gambut tersebut. Dalam pembuatan parit perlu diperhatikan
kedalamannya, sehingga lahan gambut masih sedikit basah, namun daun,ranting, dan
pohon di atasnya jika ditebang masih dapat mengering. Permukaan gambut harus dipertahankan
menjadi sedikit basah, menjaga penurunan permukaan air secara perlahan, tetapi cukup
dapat membuang genangan air yang ada di gambut. Dalam mengelola tata air
dimanfaatkan dam, waduk, dan pintu air pengendali ketinggian permukaan air.
Dengan cara tersebut potensi terjadinya subsidensi meskipun ada, akan lebih
terkendali. jadi pengelolaan tata air merupakan hal yang paling penting dalam mengelola
lahan gambut karena tata air yang benar akan memperkecil subsidensi gambut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar