Minggu, 17 Oktober 2021

ANALISIS MODEL PERSAMAAN PERTUMBUHAN

 

Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan adalah pertumbuhan (disamping pemertaan dan keberlanjutan). Semakin tinggi nilai pertumbuhan ekonomi, pembangunan dinyatakan semakin berhasil.Pola pertumbuhan/ peluruhan antar waktu bersifat linier maupun non linier.

·    Linier            : diskret & kontinu

·    Non linier      : eksponensial, log, saturation

Berdasarkan data LQ diketahu bahwa Kota Padang Panjang adalah daerah yang tidak memiliki keungulan komparatif dalam bidang pertanian dan berdasar data differential shift menunjukan daerah ini juga tidak memiliki keunggulan kompetitif dibidang pertanian. Kondisi ini dihadapkan dengan makin meningkatnya kebutuhan padi. Berikut adalah pertumbuhan kebutuhan padi dari tahun 2015 dan prediksi sampai tahun 2040 yang akan dilihat model pertumbuhannya.


Berdasarkan data diatas dilakukan analisis untuk menentukan model mana yang paling mendekati dari data yang ada, diperoleh hasil sebagai berikut:

Dari ketiga jenis model pertumbuhan tersebut yang memiliki nilai R2 tertinggi adalah model eksponensial yaitu 0,9917 dengan standar error 66,78, jadi pertumbuhan kebutuhan padi di Kota Padang Panjang berbentuk pertumbuhan eksponensial.Perbandingan grafik untuk masing-masing jenis model pertumbuhan dapat dilihat dibawah ini.








ANALISIS KLUSTER

 

Tujuan dilakukan zoning untuk efisiensi pengelolaan wilayah (administratif dan pembangunan) atau membangun kebijakan tertentu. Tujuan utama analisis cluster adalah mengelompokkan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik di antara objek-objek tersebut. Objek tersebut akan diklasifikasikan ke dalam satu atau lebih cluster (kelompok) sehingga objek-objek yang berada dalam satu cluster akan mempunyai kemiripan satu dengan yang lain. Berdasarkan data PDRB Provinsi Sumatera Barat dilakukan pengelompokan kabupaten/kota yang memiliki karakteristik yang mirip, hasilnya adalah sebagai berikut.

Berhirarki


Berdasarkan analisis kluster berhirarki dapat dilihat bahwa kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Dibagi dalam 2 kelompok

Kelompok 1 : Kota Padang

Kelompok 2 : selain Kota Padang

2. Dibagi dalam 3 kelompok

Kelompok 1: Kota Padang

Kelompok 2: Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Lima Puluh, Kabupaten Solok, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Pesisir Selatan

Kelompok 3: Kota Payakumbuh, Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kota Padang Panjang, Kabupaten Sawahlunto, Kota Solok, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai

3. Dibagi dalam 5 kelompok

Kelompok 1: Kota Padang

Kelompok 2: Kabupaten Padang Pariaman

     Kelompok 3: Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten  Solok, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Pesisir Selatan

                     Kelompok 4: Kota Payakumbuh, Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kota Padang Panjang, Kabupaten Sawahlunto, Kota Solok

Kelompok 5: Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai

4. Dibagi dalam 8 kelompok

Kelompok 1: Kota Padang

Kelompok 2: Kabupaten Padang Pariaman

Kelompok 3: Kabupaten Agam

                     Kelompok 4: Kabupaten Pasaman, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Solok, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Pesisir Selatan

Kelompok 5: Kota Payakumbuh, Kota Bukittinggi

Kelompok 6: Kota Pariaman, Kota Padang Panjang, Kota Sawahlunto, Kota Solok

Kelompok 7: Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Sijunjung

Kelompok 8: Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai


Tidak berhirarki



Dengan menentukan 4 kelompok yang akan dihasilkan diperoleh data seperti tabel diatas. Tabel ANOVA memperlihatkan variabel  pengeluaran, IPM tidak memberikan pengaruh penting karena nilai signifikan nya lebih dari 0,05 (derajat kesalahan 5%).Variabel ini dikeluarkan dari analisis dan dilakukan analisis kembali.


Hasil analisis lanjutan setelah variabel  pengeluaran, IPM dikeluarkan dari analisis adalah sebagai berikut:


Setelah dilakukan analisis ulang didapat perubahan nilai jarak dari masing-masing anggota kelompok. Dari nilai ANOVA dapat dilihat bahwa semua variabel adalah variabel penting karena memiliki nilai signifikan lebih kecil dari 5%.













ANALISIS GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR)

 

GWR  merupakan model regresi linier bersifat lokal yang menghasilkan penaksir parameter model yang bersifat lokal.Setiap titik atau lokasi dimana data tersebut dikumpulkan, sehingga setiap titik lokasi geografis mempunyai nilai parameter regresi yang berbeda-beda.

Berdasarkan data entropy diatas diketahui bahwa sektor pertanian adalah sektor yang paling merata perkembangannya di Kabupaten Pasaman Barat.Dalam tulisan ini akan dilihat salah satu faktor penunjang pertanian yaitu jumlah penggilingan padi, akan dilihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah penggilingan padi di masing-masing kecamatan. Variabel bebas yang digunakan adalah luas tanam padi sawah, luas penen padi sawah, luas tanam padi ladang, luas panen padi ladang dan luas wilayah dengan menggunakan GWR.










Analisis ketimpangan antar unit (Kasus: Kabupaten Pasaman Barat)

 

Berdasarkan data indeks entropy Kabupaten Pasaman Barat dapat dilihat bahwa pada terjadi peningkatan pemerataan tingkat penyebaran aktivitas, hal ini diketahui dari peningkatan nilai indeks entropy dari tahun 2018 sebesar 0,68 menjadi 0,7 pada tahun 2019.




Analisis keunggulan kompetitif Provinsi Sumatera Barat

Keunggulan berkompetisi diukur dari tingkat pertumbuhan.Dilihat dari penyebabnya, koefisien pertumbuhan didekomposisikan menjadi 3, yaitu sebab yang bersumber dari dinamika keragaan yaitu:

·      Wilayah secara agregat

·      Sektor secara agregat

·      Unit wilayah terkecil (dalam analisis) secara sektoral

Tiga komponen pertumbuhan adalah:

·   Komponen laju pertumbuhan total (Regional share) komponen ini menyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu.

·  Komponen pergeseran proporsional (Proportional Shift). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total aktifitas tertentu secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah.

·   Komponen pergeseran diferensial (Differential Shift). Komponen ini menjelaskan tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktifitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor atau aktifitas tersebut dalam wilayah.

Berdasarkan nilai regional share diketahui bahwa pertumbuhan total seluruh sektor di Provinsi Sumatera Barat sebesar 0,069, sedangkan dari nilai proportional shift diketahui bahwa sektor yang mengalami pertumbuhan adalah pertambahan dan penggalian, Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Real Estate, Jasa Perusahaan, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, Jasa Lainnya. Sektor yang mengalami penurunan adalah pertanian, perikanan dan kehutanan, Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, Transportasi dan Pergudangan dan jasa keuangan dan asuransi.

Tabel 1 Differential shift Provinsi Sumatera Barat

Tabel 2 SSA Provinsi Sumatera Barat

Berdasarkan nilai SSA pada Tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa untuk sektor Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa Perusahaan, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, Jasa Lainnya memiliki keunggulan kompetitif diseluruh wailayah, hal ini dapat diketahui dari nilai SSA yang positif di semua wilayah.

        Sektor Transportasi dan Pergudangan memiliki keunggulam kompetitif diseluruh wilayah kecuali di Kabupaten Padang Pariaman karena memiliki nilai SSA yang negatif. Sektor pengadaan listrik dan gas tidak memiliki keunggulan kompetitif di Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Dharmasraya dan Kota Solok. Sektor Pertambangandan galian tidak memilki keunggulam kompetitif di Kota Solok dan Kota Bukittinggi.Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tidak memiliki keunggulan kompetitif di Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Dharmasraya, Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh dan Kabupaten Pasaman Barat.


Selasa, 12 Oktober 2021

Analisis keunggulan komparatif Provinsi Sumatera Barat

Location Quotient(LQ)

LQ digunakan untuk menunjukkan:

·      Lokasi pemusatan aktivitas atau sektor basis

·      Kapasitas ekspor perekonomian suatu wilayah

·      Tingkat kecukupan barang atau jasa dari produksi lokal suatu wilayah

Kriterianya adalah sebagai berikut:

a.       Jika nilai LQij> 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi suatu aktifitas di sub wilayah ke-i secara relatif dibandingkan dengan total wilayah atau terjadi pemusatan aktifitas di sub wilayah ke-i.

b.      Jika nilai LQij= 1, maka sub wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa aktifitas setara dengan pangsa total.

c.       Jika LQij< 1, maka sub wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktifitas yang secara umum ditemukan di seluruh wilayah.

Berdasarkan data PDRB Provinsi Sumatera Barat tahun 2019 dilakukan analisis LQ untuk melihat sektor mana yang memiliki keunggulan komparatif. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Analisis LQ Sektor PDRB di Provinsi Sumatera Barat


Tabel 1 menunjukkan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang memiliki keunggulan komparatif di 11 kabupaten di Provinsi Sumatera Barat  yaitu di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Pasaman Barat karena memiliki nilai LQ lebih besar dari 1. Dari 11 kabupaten tersebut, nilai LQ sektor pertanian, kehutanan dan perikanan terbesar terdapat di Kabupaten Pasaman dengan nilai 2,16.

Sektor pertambangan dan penggalian memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Solok, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Dharmasraya, dimana nilai LQ paling besar di Kabupaten Sijunjung, yaitu 3,31.Sektor industri pengolahan memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Padang, Kota Padang Panjang dan Kota Sawahlunto, dimana nilai LQ paling besar di Kabupaten Pasaman Barat yaitu 1,56.

Sektor pengadaan listrik dan gas memiliki keunggulan komparatif di Kota Padang, Kota Bukitinggi dan Kota Sawahlunto, dimana nilai LQ paling besar di Kota Sawahlunto, yaitu 18,34. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Pasaman, Kota Padang, Kota Solok, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi  dan Kota Sawahlunto, dimana nilai LQ paling besar di Kota Sawahlunto yaitu 4,3.

Sektor Konstruksi memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Tanah Datar, Solok Selatan, Kabupaten Dharmasraya, Kota Padang,Kota Sawahlunto, Kota Payakumbuh dan Kota Pariaman, dimana nilai LQ paling besar di Kota Pariaman, yaitu 1,54. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Agam, Kabupaten Solok Selatan, Kota Padang, Kota Solok, Kota Sawahlunto, Kota Padang Panjang, Kota Payakumbuh, dimana nilai LQ paling besar di Kota Bukittinggi, yaitu 2,1.

Sektor Transportasi dan Pergudangan memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kota Solok, Kota Padang Panjang, Kota Payakumbuh, dimana nilai LQ paling besar di Kabupaten Padang Pariaman, yaitu 2,4. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Pasaman, Kota Padang, Kota Solok, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi, Kota Pariaman dan Kota Sawahlunto, dimana nilai LQ paling besar di Kota Bukittinggi, yaitu 4,2.

Sektor Informasi dan Komunikasi memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Pasaman, Kota Padang, Kota Solok, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Dharmasraya dan Kota Sawahlunto, dimana nilai LQ paling besar di Kota Padang Panjang, yaitu 1,5. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Pasaman, Kota Padang, Kota Solok, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi dan Kota Sawahlunto, dimana nilai LQ paling besar di Kota Payakumbuh, yaitu 1,9.

Sektor Real Estate memiliki keunggulan komparatif di Kota Padang, Kota Solok, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi, Kota Pariaman dan Kabupaten Dharmasraya, dimana nilai LQ paling besar di Kota Bukitinggi, yaitu 1,7. Sektor Jasa Perusahaan, Administrasi Pemerintahan memiliki keunggulan komparatif di Kota Padang dan Kota Bukitinggi dimana nilai LQ paling besar di Kota Padang yaitu 3,3.

Sektor Real Estate memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Pasaman, Kota Padang, Kota Solok, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi, Kota Pariaman dan Kabupaten Dharmasraya, dimana nilai LQ paling besar di Kota Bukitinggi, yaitu 1,7.Sektor Jasa Perusahaan,Administrasi pemerintahan memiliki keunggulan komparatif di Kota Padang dan Kota Bukitinggi dimana nilai LQ paling besar di Kota Padang, yaitu 3,3.

Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Pasaman, Kota Padang, Kota Solok, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi dan Kota Sawahlunto, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Dharmasraya  dimana nilai LQ paling besar di Kota Sawahlunto, yaitu 1,9. Sektor Jasa Pendidikan memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Agam, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kota Solok, Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh dan Kota Pariaman dimana nilai LQ paling besar di Kota Padang Panjang, yaitu 2,2.

Sektor yang memiliki keunggulan komparatif pada masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Sektor yang Memiliki Keunggulan Komparatif di Kabupaten/Kota Provinsi  Sumatera Barat

Kabupaten

Sektor PDRB

Kabupaten Mentawai

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Konstruksi; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib;

Kabupaten Pesisir Selatan

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Konstruksi; Informasi dan Komunikasi; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Kabupaten Solok

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Informasi dan Komunikasi,

Kabupaten Sijunjung

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Konstruksi, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Kabupaten Tanah Datar

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Industri Pengolahan, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, Konstruksi, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Kabupaten Padang Pariaman

Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Transportasi dan Pergudangan, Jasa Pendidikan

Kabupaten Agam

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Jasa Pendidikan

Kabupaten Limapuluh Kota

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian,

Kabupaten

Sektor PDRB

Kabupaten Pasaman

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Kabupaten Solok Selatan

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Kabupaten Dharmasraya

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Konstruksi, Informasi dan Komunikasi, Real Estate, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Kabupaten Pasaman Barat

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Industri Pengolahan

Kota Padang

Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa Perusahaan, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dan Jasa Lainnya

Kota Solok

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate,  Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dan Jasa Lainnya

Kota Sawahlunto

Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, Konstruksi, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa Lainnya

Kota Padang Panjang

Industri Pengolahan, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang,  Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa Pendidikan, Jasa Lainnya

 

 

 

Kabupaten

Sektor PDRB

Kota Bukittinggi

Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa Perusahaan, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dan Jasa Lainnya

Kota Payakumbuh

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dan Jasa Lainnya

Kota Pariaman

Konstruksi, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Real Estate, Jasa Pendidikan dan Jasa Lainnya

 

Locational Index(LI)

LI digunakan untuk menentukan wilayah yang potensial untuk mengembangkan aktifitas tertentu.

·      Jika nilainya mendekati 0 berarti perkembangan suatu aktifitas cenderung memiliki tingkat yang sama dengan perkembangan wilayah dalam cakupan lebih luas. Tingkat perkembangan aktifitas akan relatif berbeda di seluruh lokasi. Artinya aktifitas tersebut mempunyai peluang tingkat perkembangan relatif sama di seluruh lokasi

·      Jika nilainya mendekati 1 berarti aktifitas yang diamati akan cenderung berkembang memusat di suatu lokasi. Artinya aktifitas yang diamati akan berkembang lebih baik jika dilakukan di lokasi-lokasi tertentu

Tabel 2 Nilai LI Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat 

 

Berdasarkan nilai LI dapat dilihat bahwa sektor yang mendekati 1 adalah sektro jasa perusahaan  sebesar 0,619 dan pengadaan listrik dan gas sebesar 0,648. Hal ini berarti sektor tersebut cenderung berkembang memusat di suatu lokasi. Berdasar nilai LQ sektor jasa perusahaan paling besar di Kota Padang sedangkan sektor pengadaan listrik dan gas di Kota Sawahlunto, hal ini berarti sektor jasa perusahaan akan berkembang lebih baik di Kota Padang sedangkan sektor pengadaan listrik dan gas akan berkembang lebih baik di Kota Sawahlunto.

Specialization Index(SI)

SI digunakan untuk melihat kespesialan atau kekhasan suatu subwilayah tertentu. Kriteria dalam interpretasi SI adalah sebagai berikut:

·      Jika nilainya mendekati 0 berarti tidak ada kekhasan. Artinya sub wilayah yang diamati tidak memiliki aktifitas khas yang relatif menonjol perkembangannya dibandingkan dengan di sub wilayah lain.

·      Jika nilainya mendekati 1 berarti terdapat kekhasan. Artinya sub wilayah yang diamati memiliki aktifitas khas yang perkembangannya relatif menonjol dibandingkan dengan di sub wilayah lain.

Tabel 3 SI Provinsi Sumatera Barat


Berdasarkan nilai SI diatas dapat dilihat bahwa di Kota Buktinggi dan Kabupaten Pasaman nilai SI nya lebih mendekati 1 dibandingkan daerah lain ini berarti terdapat kekhasan, artinya wilayah ini memiliki aktifitas khas yang perkembangannya relatif menonjol dibandingkan dengan di wilayah lain. Berdasarkan nilai LQ, Kota Bukittinggi memiliki sektor pengadaan listrik dan gas sedangkan Kabupaten Pasaman memiliki sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebagai sektor yang perkembangannya lebih menonjol dibanding sektor lain.










Input Produksi pada Lahan Basah yang Ramah lingkungan

 

Lahan basah adalah suatu ekositem yang tidak perlu tergenang tapi jenuh air atau sebagian besar hari jenuh air. Lahan basah merupakan salah satu wilayah terbesar di permukaan bumi yang mempunyai karakteristik berbeda disetiap lokasi dan kondisi. Beberapa faktor yang menentukan karakteristik tersebut adalah salinitas, jenis tumbuhan, hingga jenis tanah yang ada di lingkungan tersebut.Karakteristik lahan basah yang utama adalah kondisi tanahnya yang jenuh terhadap air. Hal tersebut juga dapat dilihat dari penamaan atau istilah yang digunakan. Sepanjang tahun lahan basah selalu tergenang air, akan tetapi ada pula yang bersifat musiman dan permanen. Lahan basah musiman adalah genangan air pada lahan tersebut hanya terjadi pada musim tertentu saja, yakni musim penghujan. Sedangkan lahan basah permanan memiliki keadaan genangan air sepanjang waktu. Sebagian besar kawasan genangan memiliki kedalaman dangkal. Genangan dangkal tersebut biasanya mengeliling seluruh atau sebagian permukaan lahan. Namun dibeberapa tempat juga ditemukan karakteristik dengan genangan yang cukup dalam.

Genangan air di lahan basah merupakan area dengan kesuburan tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk area persawahan. Genangan air yang terjadi secara periodik menyebabkan kawasan ini mempunyai jenis tanah dengan struktur lunah hingga liat.Lahan basah sebagian besar berada dalam keadaan jenuh air contoh:

·      Badan air (situ, danau)

·   Dataran banjir, daerah ini datar saat banjir pada saat hujan dan dalam pemanfaatannya dilakukan penanaman pada musim hujan, panennya pada saat kering

·      Rawa banjir,daerah ini menghasilkan kerbau,telur bebek dan ikan asin

·      Rawa gambut dan tanah gambut, 80-90 % berupa air dan cuma 10% padatan,bahan induknya berupa tanah organik, tidak selalu tergenang, gambut tipis berbahaya untuk petani gurem,tanpa pupuk tanah gambut sangat miskin.Hutan di gambut lebat butuh waktu lama supaya serasah yang jatuh lapuk dan menjadi unsur hara.Gambut kalau dibakar akan jadi abu, kalau dibakar terus akan habis gambutnya dan muncul tanah mineral,pasir kuarsa dan sulfat masam.Tanpa input produksi gambut tebal tidak akan bisa menghasilkan, tapi dengan tata air dan pemupukan baru bisa berhasil.

Tanah gambut miskin unsur hara makro maupun mikro, semakin tebal lapisan gambut semakin tidak terlimpasi oleh air pasang maupun air banjir. Sehingga supply sedimen terhadap lapisan gambut sangat rendah. Oleh karenanya kadar abu gambut tebal biasanya sangat rendah < 2-3%, yang berarti semakin rendah kadar abu semakin miskin hara tanah tersebut.Saat ini diperkirakan lahan gambut yang dimanfaatkan oleh petani setempat tidak kurang 3-5 Mha, kelapasawit1-2 Mha, HTI 1-2 Mha.

·     Tanah sulfat masam

   Berasal dari lahan yang gambutnya habis, terbentuk dari oksidasi pirit,karena dalamnya sedimen mangrove sehingga pH nya bisa 3

·      Pasir kuarsa

·      Rawa mangrove

    Hasil pertemuan air laut dan air sungai. Penyebaran vegetasinya dipengaruhi oleh salinitas, supply sedimen, gelombang dan abrasi

·      Tanah sulfat masam

·      Lagoon,merupakan danau yang sejajar pantai atau rawa air tawar sejajar pantai

Lahan basah buatan contohnya adalah sawah. Lahan basah umumnya terbentuk sebagai hasil dari proses sedimentasi dari bahan yang terangkut dari tempat yang  lebih tinggi, proses pembentukan satuan geomorphologi berlangsung puluhan ribu tahun sampai jutaan tahun,selama proses geologi sampai pembentukan tanah berlangsung proses pencucian hara.Tanah pada lahan basah tidak mungkin lebih subur daripada tanah terbentuk dari kegiatan vulkanisme.

Pada laut tenang bisa dilakukan kegiatan budidaya ikan tambak dan di pesisir pantai yang berpasir bisa untuk budidaya kacang kacangan dan semangka sedangkan daerah rawa dikembangkan untuk sawah.

Daerah rawa rawa terbentuk dari endapan hasil erosi dan pencucian dari bagian atasnya oleh karenanya secara umum daerah tersebut relative lebih miskin akan hara daripada bagian atasnya. Lahan gambut terbentuk dari akumulasi sisa sisa tanaman yang tumbuh dari hutan rawa, oleh karenanya gambut juga merupakah tanah yang miskin hara.

Ketidakseimbangan hara menyebabkan daun tidak normal dan pelepah yang sengkleh pada tanaman sawit.Dasar dari melakukan pemupukan adalah: performa tanaman, bagaimana kondisi daun atas dan daun bawah,analisis daun dan analisis tanah. Beberapa jenis kondisi lahan basah:

a.    Kebun sawit pada Mangrove brakish sedimen kondisinya adalah sedimen berpirit teroksidasi, maka pH 3-3.5 Al-dd sangat tinggi, P sangat rendah, K, Ca, Mg sangat rendah, Cu,Zn, Fe dan Mn sangat rendah.

b.    Kebun pada mangrove sedimen Tanah sulfat masam) tanah sangat masam, pH tanah< 4, umumnya kekurangan bukan hanya unsur makro tetapi juga unsur mikro.

c.  Kebun pada dataran Banjir-brackish sedimen–gambut dengan perencanaan yang baik masalah banjir yang sering dialami oleh kebun kebun didataran banjir yaitu dengan membangun tanggul yang dilengkapi dengan pompa.

d.  Kebun pada lahan Sulfat Masam Pengelolaan tata air dengan baik serta pemupukan merupakan syarat utama.Kebun pada lahan Sulfat Masam dengan pengelolaan yang tepat, tanaman tumbuh baik. Kebun pada lahan Sulfat Masam, bergambut dapat tanaman tumbuh baik.

e.    Kebun sawit pada complex gambut-pasir kuarsa sedimen menyebabkan tanaman kekurangan unsur mikro.

Gambut yang terkeringkan dapat mengalami irreversible drying, tanpa adanya reaksi reaksi lainnya, biasanya lapisan yang kering tidak balik ini tidak pernah tebal, kadang hanya beberapa mm saja.Gambut yang terlimpasi oleh banjir dari lahan sulfat masam, akan menyebabkan lapisan gambut kering tidak balik ini cukup tebal (50-60cm).Keadaan ini menyebabkan kondisi semakin buruk.Gambut yang terlalu kering menyebabkan tanaman kekurangan air dan hara.sehingga harus ada perbaikan khusus untuk mengembalikan kondisi hidrofilik.

Sistem sawah produktif  membutuhkan pemupukan pengembalian hara yang diangkut oleh produksi. Perkebunan di lahan gambut membutuhkan pemupukan hara makro dan mikro, perhatikan ketersediaan air dan udara, perhatikan penataan air. Pemanfaatan tanah sulfat masam membutuhkan pemupukan hara makro mikro, pencucian asam dan senyawa toxic dan perhatikan penataan air.

Pemanfaaatan lahan basah sebagai lahan pertanian seharusnya dikelola dengan sistem usahatani berkelanjutan dengan menekankan pada kelangsungan ekosistem lahan basah.Untuk menerapkan pengelolaan lahan basah terpadu ditentukan oleh karakteristik petani di lahan basah. Faktor umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, luas garapan, dan sistem usahatani menjadi faktor penentu dalam membangun kesadaran akan pentingnya pengelolaan lahan basah terpadu. Usia produktif petani kurang ditunjang oleh pendidikan sehingga pola komunikasi yang efisien dan efektif untuk memberdayakan potensi petani sangat sulit untuk dibangun. Konsep pengelolaan lahan dan air secara umum belum dikelola dengan mempertimbangkan kelestarian ekologi lahan basah.

Beberapa hal penting dalam pengelolaan lahan basah:

1. Melakukan pengeringan lahan, terutama bekas tanah gambut yang dapat digunakan untuk sektor pertanian dan perkebunan. Pengeringan lahan basah secara maksimal membantu menciptakan aneka ragam sawah dan perkebunan sehingga mendukung industri pakan secara maksimal.

2. Restorasi ekologi mangrove di sepanjang pantai upaya yang dilakukan berupa peningkatan mata pencaharian masyarakat melalui pelibatan langsung dalam kegiatan restorasi ekologi mangrove. Dalam kegiatan ini, masyarakat diajak membangun bendungan dapat-tembus di lokasi tertentu yang mengalami abrasi. Dengan begitu, diharapkan dapat dikumpulkan sedimen yang merupakan tempat tumbuhnya mangrove secara alami, tanpa adanya penanaman oleh manusia. Dalam jangka panjang, pertumbuhan mangrove secara alami ini diharapkan dapat membentengi pesisir dari abrasi yang pada akhirnya masyarakat bisa menikmati kembali mata pencahariannya secara berkelanjutan.

3. Pengelolaan subsidensi atau pemadatan gambut. Pemanfaatan lahan gambut untuk areal perkebunan memerlukan suatu perlakuan khusus, yaitu berupa pengendalian tata air gambut dengan membangun jaringan drainase yang kompleks. Pembuatan saluran drainase dilakukan dengan perhitungan yang akurat dengan memperhitungkan ketebalan gambut, kondisi hidrologis dan curah hujan. Gambut juga lebih bersifat porous dengan tingkat permeabilitas yang tinggi. Pembuatan drainase akan mempercepat pemadatan gambut tersebut. Dalam pembuatan parit perlu diperhatikan kedalamannya, sehingga lahan gambut masih sedikit basah, namun daun,ranting, dan pohon di atasnya jika ditebang masih dapat mengering. Permukaan gambut harus dipertahankan menjadi sedikit basah, menjaga penurunan permukaan air secara perlahan, tetapi cukup dapat membuang genangan air yang ada di gambut. Dalam mengelola tata air dimanfaatkan dam, waduk, dan pintu air pengendali ketinggian permukaan air. Dengan cara tersebut potensi terjadinya subsidensi meskipun ada, akan lebih terkendali. jadi pengelolaan tata air merupakan hal yang paling penting dalam mengelola lahan gambut karena tata air yang benar akan memperkecil subsidensi gambut.

TATA CARA PENETAPAN HAK PENGELOLAAN